Maafku Tak Cukup Bagimu Ayah
karya: Cecilia Nova Wijaya
“Ayolah, bu aku mau beli
baju itu!”,bentak Siska. “tapi, baju kamu kan ada banyak. Kamu kan punya kurang
lebih 100 pasang baju”, bantah ibu. “Tapi aku mau baju itu!”, marah Siska.
Akhirnya ibupun membelikan baju itu. Memang Siska adalah seorang anak dari keluarga
yang kaya raya. Ia sangat tamak, egois, dan hobi berbelanja atau bisa dibilang shopa holic.
Pada suatu hari, seorang
karyawan perusahaan ayahnya menyeludupkan uang perusahaan ayahnya dalam jumlah
yang sangat besar. Hal ini membuat ayahnya bangkrut dan terpaksa menjual
barang-barang milik mereka termasuk baju-baju milik Siska serta rumah mereka
demi membayar hutang. Mereka terpaksa tinggal di rumah kecil. Siska pun sangat
sedih dan kesal. Ia pun bertekad untuk lari dari rumah.
Dua hari kemudian pun,
dia kabur dari rumahnya. Dia pun mengunjungi seorang temannya, Lisa. “Wow.
Halo. Ada apa nih?”, tanya Lisa. “Jadi gini, bro. Ayah gue bangkrut
dan kini miskin. Jadi gue gak bisa
belanja dengan bebas lagi. Jadi, ada pekerjaan kagak?”, ujar Siska menjelaskan.
“Wah, pas banget nih. Gue ada
pekerjaan buat lo. Gue pengen lo jadi pengedar narkoba. Lu
mau gak?”, tanya Lisa. “Gak bahaya tuh?”, ragu Siska. “Ya itu masalahnya. Lo harus berusaha agar gak ketahuan. Dan
kalau lu ketahuan pun lo gak boleh bawa-bawa nama gue.
Lo mau gak?”. “Bayarannya gimana?”, tanya Siska. “500ribu per 1 gr narkoba
yang lo edarkan. Gedekan gajinya”,
ujar Lisa meyakinkan. “Oke deh. Tapi hari ini gue boleh numpang dulu di rumah lu
dan pinjam barang-barang lu?”, jawab
Siska sambil berbalik bertanya. “Sip”.
Semenjak itupun Siska
memulai karirnya sebagai pengedar narkoba. Ia pun selalu berhati-hati ketika
sedang mengedarkan narkoba. Tak beberapa lama, ia pun mulai membeli sebuah
rumah mewah dan perabotan-perabotannya. Warga lainnya mulai curiga karena dia
secara tiba-tiba bisa membeli rumah tanpa bekerja keras. “Eh, Sis, Lo kayaknya harus kerja lain deh”, saran
Lisa. “Napa gitu? Kan kalau gue
ngedar narkoba gue cepat kaya?”,
jawab Siska sambil balik bertanya. “Bego. Orang sekitar mulai curiga tahu. Kan
lo bisa ngedarin narkoba sambil bekerja. Daripada warga sekitar tambah curiga”,
ujar Lisa. “Pintar juga lo rupanya ya. Gampang”, jawab Siska sambil memoles
kukunya dengan kutek (cat kuku) yang berwarna hitam.
Siska pun mencari
pekerjaan. Tak lama kemudian, ia pun menemukan sebuah pekerjaan yaitu sebagai
penjaga toko kaset. Hari-hari pun berlalu. Suatu ketika, Siska terkejut karena
melihat raut wajah yang ia kenal. Ternyata, itu adalah ayahnya sendiri. Dia pun
bingung dan sempat bingung. “Siska, kau harus tenang”, ujar Siska dalam hati.
“Nak, berapa harga 1 kaset ini?”, ujar ayah Siska sambil menyodorkan sebuah
kaset. Ayah Siska pun tertegun setelah melihat wajah si penjaga toko. Siska
mulai berkeringat dingin.
“Siska?”, tanya Ayah
Siska. Keringat dingin mengucur deras di kuduknya. Dia tidak bisa membayangkan
bagaimana bila ayahnya tahu kalau dia adalah Siska. Dengan cepat dia berpikir.
“Oh, bapak salah orang saya bukan Siska. Nama saya Melanie”, bohong Siska. Ayah
Siska pun berkata sambil tersenyum, “Nak, dari dulu kamu gak bisa bohong sama
ayah. Kalau namamu adalah Melanie, mengapa nama di bajumu adalah Siska dan kamu
memiliki tahi lalat di lehermu serta bekas luka yang mirip dengan Siska”. “Nak,
kamu kemana aja sih. Ibu kamu khawatir banget lho”, sambung ayahnya. “Ah, saya
bukan Siska. Ini baju teman saya. Baju saya basah jadi saya pinjam baju teman
saya. Lagi pula ini bukan tahi lalat kok. Ini cuma kotoran dan luka ini baru
kedapat kemarin gara-gara terjatuh”, bantah Siska. Ayahnya pun hanya mengangguk
sambil meminta maaf dan membeli sebuah kaset film yang disukai oleh Siska
karena sebenarnya ayah Siska sangat kangen dengan Siska.
Tetapi, Ayah Siska
merupakan orang yang cerdik dan tidak mudah ditipu. Ayah Siska yang masih
ragupun mulai ingin mengetes Siska. Karena beliau tahu kalau Siska tidak pernah
bisa berbohong dengannya. “Oh ya. Dek, menurut kamu bagaimana film ini?”, tes
beliau. “Sangat bagus dan mengesankan. Ceritanya itu sangat berkesan”, jawab
Siska dengan semangat dan dia tidak menyadari kalau dirinya tengah dijebak.
“Kira-kira apa peribahasa yang cocok untuk film tersebut?”. “Ada udang dibalik
batu. Ayah kan yang mengajarkannya padaku”, jawab Siska sambil mengangkat
tangannya ke atas. Kemudian, Ayah Siska tersenyum sambil berkata, “Apa?”. “Ups”,
ujarnya kecil.
Siska pun segera berlari
keluar. Ayah Siska berusaha mengejar Siska. “Nak, tunggu. Kamu mau lari ke mana?
Ayo pulang lagi!”, teriak Ayah Siska. “Aku gak mau ke rumah itu lagi. Kini aku
udah tinggal di sebuah rumah yang besar!”, ujar Siska. “Awas!!!”, teriak Ayah
Siska karena Siska hampir tertabrak mobil. Dengan cepat Ayah Siska pun menarik
tangan Siska dan mendorongnya. Tapi, sayangnnya tubuh beliau sendiri malah
terlempar ke arah mobil itu. Ayah Siska pun tertabrak dan terlempar.
Siska pun berteriak,
“Ayah!!!”. Ayahnya pun berlumuran darah. Siska pun berlari sambil menangis dan
menghampiri ayahnya. “Na...ak.. pu.. lang.. lah”, ujar Ayah Siska. “Iya Ayah.
Aku akan pulang. Tapi kumohon. Jangan tinggalkan aku”, isak Siska. Ayahnya pun
menghembuskan nafas terakhir. Semenjak itu, Siska pun berhenti menjual narkoba
dan tinggal kembali bersama ibunya. Kini Siska pun telah berubah total. Dia
menjadi lebih ramah dan rajin.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
*Terima kasih sudah berkunjung
*Jangan lupa berikan komentar, kritik, dan saran
*No judge atas blog ini
*Jangan ada kata kasar, atau buruk please. Thanks